Rabu, 21 April 2010

Pengantar Lanscape

ELEMEN LANSKAP

POKOK BAHASAN : Soft material dan hard material
SUB POKOK BAHASAN :
Bahan Material Lanskap : Fungsi dan penggunaan soft material dan hard material dalam lanskap. Tugas mahasiswa : Mengidentifikasi jenis vegetasi (soft material) dan hard material dengan fungsi lanskapnya.

A. Fungsi dan Penggunaan Soft Material
Bahan lunak (soft material) adalah berbagai macam tanaman (pohon, perdu, penutup permukaan tanah, dinding dan pelengkap) dengan ragam jenisnya, air, satwa.
1. Tanaman Pohon
a. Tanaman Pohon Berbunga
♠ Fungsi : sebagai peneduh dan pelindung
♣ Penggunaannya : di jalan-jalan, halaman rumah, areal rekreasi, halaman parkir, halaman perkantoran, dll.
►Contoh jenis tanaman :
- Kamboja / Frangipani (Plumeria rubra)
- Bungur (Legrestroemia speciosa)
- Flamboyan (Delonix regia)
- Kasia Emas (Cassia surattensis)
- Kesumba Keling (Bixa orellana), dll.
b. Tanaman Pohon Berdaun Unik
♠ Fungsi : sebagai peneduh dan pelindung
♣ Penggunaannya : di jalan-jalan, halaman rumah, areal rekreasi, halaman parkir, halaman perkantoran, dll.
►Contoh jenis tanaman :
- Walisongo (Schefflera, sp)
- Dadap Variegata (Erythrina variegata cv. orientalis)
- Kerai Payung (Filicium decipiens)
- Pinus Tree (Pinus mercusii)
- Beringin (Ficus benyamina)
- Daun Saputangan (Maniltoa gemmipara), dll.
c. Tanaman Pohon Soliter
♠ Fungsi : sebagai pelindung dan penarik perhatian
♣ Penggunaannya : di jalan-jalan, halaman rumah, halaman perkantoran, halaman hotel, halaman mall, dll.
►Contoh jenis tanaman :
- Pinus Tree (Pinus mercusii)
- Ketapang Brazil / Biola Cantik (Ficus pandurata)
- Liang Liu / Janda Merana (Salix, sp)
- Glodokan (Polyalthia longifolia)
- Palem (Palmae) : Palem Merah / Lipstic Palm (Cyrtosthacis lakka), Palem Putri (Veitciia merrillii), Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata), Palem Kipas (Licunia grandis), Pinang (Pinang kuhlii), dll.
- Cemara (Camara) : Cemara Pecut (Cupressus sempervirens), Cemara Norfolk (Araucaria exelsa), Cemara Kipas (Thuja orientalis)
- Dan lain-lain.

2. Tanaman Perdu / Semak
a. Tanaman Perdu Tinggi Berbuga
♠ Fungsi : sebagai tanaman pembatas, tanaman tunggal, tanaman hias berbunga, tanaman pagar hidup.
♣ Penggunaannya : di halaman rumah, halaman perkantoran, plaza, area rekreasi, dll.
► Contoh jenis tanaman :
- Kembang Sepatu / Bunga Raya (Hibiscus rosasinensis)
- Nusa Indah (Mussaenda, sp)
- Air Mancur (Russalia equisetiformis)
- Soka (Ixora hybrida)
- Kaca Piring (Gardenia jaminoides)
- Kecubung / Angel Trumpet (Datura), dll.
b. Tanaman Perdu Tinggi Berdaun Indah
♠ Fungsi : sebagai tanaman pembatas, tanaman tunggal, tanaman hias berbunga
♣ Penggunaannya : di halaman rumah, halaman perkantoran, plaza, area rekreasi, dll.
► Contoh jenis tanaman :
- Puring / Croton (Codiaeum variegatum)
- Kastuba / Poinsettia (Euphorbia pulcherrima)
- Daun Renda / Akalipa (Acalypha)
- Drasena (Dracaena)
- Hanjuang (Cordyline), dll.
c. Tanaman Perdu Rendah Berbunga
♠ Fungsi : sebagai tanaman pembatas, tanaman berkelompok, tanaman hias berbunga
♣ Penggunaannya : pembatas di dua area taman, pembatas pedestrian, tanaman pot, tanaman hias ruangan, dll.
► Contoh jenis tanaman :
- Pacar Air (Impatiens, sp)
- Azalea (Rhododendron)
- Begonia (Begonia, sp)
- Kamboja Jepang (Adenium obesum)
- Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa)
- Kembang Tahi Ayam (Lantana, sp), dll.
d. Tanaman Perdu Rendah Berdaun Cantik
♠ Fungsi : sebagai tanaman pembatas, tanaman berkelompok, tanaman hias, dll.
♣ Penggunaannya : pembatas di dua area taman, tanaman pagar, tanaman hias daun, tanaman hias ruangan, tanaman pot dll.
► Contoh jenis tanaman :
- Bayam-bayaman (Coleus, sp)
- Daun Bahagia (Dieffenbachia, sp)
- Aglonema (Aglaonema, sp)


- Simbang Darah / Blood Leaf (Iresine)
- Daun Zebra (Aphelandra)
- Daun Mutiara / Aluminium Plant (Pilea cacherei), dll.
e. Tanaman Perdu Merambat
♠ Fungsi : sebagai tanaman hias, pemberi aksentuasi tersendiri.
♣ Penggunaannya : dirambatkan pada pagar, pergola, gazebo, pot dengan rambatan, lampu taman.
► Contoh jenis tanaman :
♥ Berbunga : - Bugenvil / Paper Flower (Bouganvillea, sp)
- Air Mata Pengantin / Coral Creeper (Antigonon leptapus)
- Mandevilla
- Thunbergia (Thunbergia grandiflora)
- Nona Makan Sirih (Clerodendrum Thomsoniae)
- Alamanda (Alamanda cathartica), dll.
♥ Berdaun : - Daun Pilo (Philodendron, sp)
- Singonium (Singonium, sp)
- Monstera
- Sirih (Piper betle)
- Sirih Gading (Epipremnum Scindapsus aureus), dll.

3. Tanaman Penutup Permukaan Tanah
♠ Fungsi : sebagai tanaman hias, penutup permukaan tanah.
♣ Penggunaannya : menyelimuti permukaan tanah, tanaman pot duduk dan gantung, pemanis tampilan eksterior.

►Contoh jenis tanaman :
♥ Berumpun : Petunia (Petunia), Browalia, Seruni Jalar, Bawang-bawangan/Bawang Brojol (Zephiranthes, sp), Sabrina (Zebrina), Kaktus Kodok (Sanseviera trisfasciata), Kriptantus (Cryptanthus), dll.
♥ Melata : Lili Paris / Spider Lily (Chlorophytum comosum), Peperomia (Peperomia hederaefolia), Kakerlak (Pellionia), Jenggot Nabi (Pilea mummu larrifolia), Sutra Bombay (Portulaca grandiflora), dll.
♥ Rumput : Golf Bermuda / Grinting (Cynodon dactylon), Agrotis (Agrotis palustris), Gajahan / Pahit / Kipait / Jukut (Axonopus compresus), Manila / King (Zoysia matrella).

4. Penutup Permukaan Dinding
♠ Fungsi : sebagai tanaman hias, penutup permukaan dinding.
♣ Penggunaannya : menyelimuti permukaan dinding, menampilkan kesan lembut dan alami tatanan dinding taman.
►Contoh jenis tanaman : Daun Dolar Rambat (Ficus repens), Lee Kuan You (Vernonia elliptica).

5. Tanaman Pelengkap
♠ Fungsi : sebagai tanaman hias, pelengkap keindahan taman, aksesori tatanan kebun.
♣ Penggunaannya : penghias kolam taman, menjadi menonjol jika tampil sendiri, menampilkan komposisi kebun asri jika dipadu-padankan dengan jenis tanaman lain.

►Contoh jenis tanaman :
♥ Tanaman Air : Teratai / Water Lily (Nymphaea), Melati Air / Water Dop (Echinodorus palaefolius), Typha / Cat Tail (Typha latifolia), Apu-apu / Water Lettuce (Pistia stratiotes), Bulu Ayam / Parrot’s Feather (Myriophyllum aquaticum), Cypirus (Cypirus papyrus), dll.
♥ Keluarga Pisang-Pisangan / Heliconia : Karibea Merah (H. caribaea purpurea), Bird of Paradise (Strelitzia reginae), Golden Torch (H. psittacorum), Capit Udang (H.rostrata), pisang Hias (Mussa coccinea), dll.
♥ Keluarga Jahe-Jahean : Kecombrang (Nicolaia elatior), Honje Merah (Alpinia purpurata), Jahe Belang (A. zerumbet variegata), Kapulaga (A. zerumbet), Blue Ginger (Hedychium coronarium), dll.
♥ Keluarga Nanas-Nanasaan / Bromelia : Ananas, dll.
♥ Keluarga Kana / Canna : Berbunga kecil berwarna merah, jingga dan kuning; Berbunga besar berwarna merah tua, pink, jingga, kuning dan kuning berbintik hitam.
♥ Keluarga Sukulen : Lidah Buaya (Aloe vera), Lidah Mertua (Sanseviera trifasciata), Agave (Agave, sp), dll.
♥ Keluarga Bakung : Lili Afrika (Agaphantus), Lili Air Mancur (Hymenocallis, sp), Bakung Harum (Crinum, sp).



B. Fungsi dan Penggunaan Hard material
Bahan Keras (hard material) adalah semua bahan taman selain bahan lunak berupa bahan alami (batu, pasir, tanah liat dan artifisial (bahan buatan yang menyerupai bahan aslinya)) dan bahan keras pelengkap taman (lampu, pompa air, pot/bak tanaman hias, kolam, bak sampah, pagar, pintu gerbang, gazebo, pergola, lantai, jalan setapak, tangga, dinding, bangku, tandon air, kran air, rambu, jaringan perpipaan).
1. Bahan Alami
a. Batu
♠ Fungsi : untuk memperindah taman, menghindari kemonotonan warna hijau dedaunan, pembatas taburan kerikil atau tanaman.
♣ Penggunaannya : dibiarkan utuh seperti ukuran dan bentuk aslinya sebagai point of interest (contoh batuan lahar), dipecah kecil-kecil untuk ditebarkan pada tempat-tempat tertentu atau dibentuk lempengan untuk ditempelkan pada tembok (contoh batu granit).
b. Pasir
♠ Fungsi : untuk campuran media tanam tanaman hias (dalam pot); bahan pembuatan pijakan kaki dicampur dengan semen, bata merah dan besi beton.
♣ Penggunaannya : ditempatkan bersama tanah taman dan kompos dalam pot sebagai media tanam; pijakan kaki digunakan sebagai penghubung bagian tertentu di dalam taman dengan rumah agartidak menginjak rumput.

c. Tanah Liat
♠ Fungsi : bahan untuk membuat benda gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran seperti gentong.
♣ Penggunaannya : ditempatkan diantara tanaman dalam taman sebagai aksen melengkapi kesan alami taman.
d. Artifisial
♠ Fungsi : sebagai pelengkap keindahan taman dengan bentukan benda sesuai wujud aslinya.
♣ Penggunaannya : batuan buatan sebagai pengganti batu alam, patung sebagai pelengkap desain taman, relief dinding sebagai lukisan 3 dimensi di dinding.
e. Lampu Taman
♠ Fungsi : untuk menambah kesan tersendiri pada taman, terasa lebih nyaman pada malam hari.
♣ Penggunaannya : disesuaikan dengan tema / bentuk taman untuk bentuk dan motif lampu taman, dekat bangku taman, di sepanjang tepi jalan, lampu sorot untuk menyoroti yang menjadi poin of interest, misal air terjun.
e. Pompa Air
♠ Fungsi : alat : untuk mengatur sirkulasi air, membantu menyedot air untuk menyiram tanaman dalam taman.
♣ Penggunaannya : untuk membantu mengisi kolam air mancur.
f. Pot / Bak Tanaman Hias
♠ Fungsi : untuk tempat / wadah tanaman agar tanaman tampil lebih menarik dan indah / memikat.

♣ Penggunaannya : dalam taman outdoor, taman rumah berhalaman sempit, taman instant.
g. Kolam
♠ Fungsi : kolam air untuk tempat hidup ikan hias, tanaman hias air, tampungan air terjun, air mancur.
♣ Penggunaannya : sebagai penyejuk suasana dan aksen taman.
h. Bak Sampah
♠ Fungsi : untuk tempat tampungan sampah.
♣ Penggunaannya : tidak mengganggu keindahan taman, menjaga kebersihan taman.
Lain-lain seperti pagar, pintu gerbang, gazebo, pergola, lantai, jalan setapak, tangga, dinding, bangku taman, tandon air, kran air, rambu, jaringan perpipaan juga memiliki fungsi dan penggunaannya.

Pengantar Lanscape

ANALISIS DAN PERENCANAAN TAPAK


a. Tapak

Tapak (site) secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis dapat didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu.
Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk tapak (seperti tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik, dan budaya manusia yang mendiaminya). Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (form, features forces) dengan karakter yang tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas dan lainnya).
Analisis tapak merupakan proses riset, kajian dan penelitian terhadap tapak dan lingkungan sekitarnya guna merencanakan suatu tindakan terhadap tapak tersebut. Penelitian dilakukan terhadap tapak dan lingkungan sekitarnya yang potensi berpengaruh terhadapnya, standar-standar, analisis sosial, ekonomi, budaya, dan analisis berbagai jenis kegiatan yang akan diakomodasikan di atas tapak tersebut. Tujuan analisis tapak adalah membuat program yang berkaitan dengaan tujuan pengembangannya, antara lain untuk kesejahteraan, kebaikan, kenyamanan hidup manusia, baik secara fisik, inspirasi, sosial, dan ekonomi yang terkait dengan kemampuan dan kapasitas tapak tersebut.


b. Elemen Pembentuk Tapak
Dalam melakukan riset untuk mengolah dan menggubah suatu tapak menjadi bentuk peruntukan terbaiknya, diperlukan berbagai data dan informasi penunjangnya. Dalam bidang arsitektur lanskap, data dan informasi yang digunakan untuk mengolah tapak ini dapat berbentuk data kuantitatif (seperti suhu yang nyaman, kemiringan yang tidak berbahaya, kualitas air sesuai dengan peruntukannya, dan sebagainya), dan juga data kualitatif (seperti pemandangan yang indah, aromatik, nostagia). Data kuantitatif dan data kualitatif tersebut perlu dirangkum pada suatu peta kerja yang informatif. Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dikatagorikan dalam empat kelompok, yaitu : kelompok potensi, kelompok kendala, kelompok amenity (kualitas kenyamanan) dan kelompok danger signal (bahaya yang sulit untuk dihindari)
Data yang akan digunakan dalam mengolah tapak ini dapat merupakan informasi yang dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan (data primer) , tetapi dapat juga merupakan informasi yang dikumpulkan melalui suatu studi pustaka atau berbagai bahan yang telah tersedia sebelumnya (data sekunder). Selanjutnya, data ini diolah dan disusun secara spasial (ruang, bentang alam) untuk dapat dianalisis untuk kepentingan arsitektur lanskap.
Tiap elemen pembentuk atau yang mempengaruhi keadaan tapak ini selanjutnya dianalisis untuk dimanfaatkan karena :
• berbagai hal positif yang dimilikinya, yaitu yang termasuk kelompok potensi dan kelompok amenity (contohnya antara lain: pemandangan yang indah dan menarik, tanah yang subur, akses mudah dan sebagainya)
• dapat ditanggulangi permasalahnya, yaitu yang termasuk kelompok kendala (contohnya drainase)
• dihindari penggunaanya karena berdampak negatif atau berbahaya secara fisik dan biaya ekonomi yang tinggi, yaitu yang termasuk dalam kelompok danger signal (contohnya rawan gempa dan longsor, banjir setiap tahun).
c. Estetika Tapak dan Lingkungan
Karya arsitektur lanskap yang baik dan bernilai tinggi yaitu apabila tapak yang direncanakan adalah fungsional dan estetis serta mendukung keberadaan dan kelestarian kondisi lingkungan yang diserta kesejahteraan dan kenyamanan pemakainya. Fungsional tidak hanya terhadap manusia pemakainya saja (berupa fungsi sosial seperti untuk kegitan rekreasi dan berwisata), tetapi juga terhadap kondisi fisik lanskap dan lingkungannya (berupa fungsi lingkungan seperti perlindungan tata air, konservasi hayati).
Estetika merupakan apresiasi atau tanggapan terhadap suatu keindahan yang dapat dinikmati berdasarkan obyek atau lingkungan, atau keduanya. Suatu obyek atau lanskap dikatakan bernilai estetika bila memiliki sense of beauty, sense of wonder, sense of order, sense of harmony. Serta juga didasarkan atas penataan elemen yang mengikuti prinsip desain konvensional terutama unity, dynamic balance dan complementary.
Dalam “ilmu” estetika lingkungan, nilai kualitas estetika lingkungan ditentukan oleh lima senses. Kelima senses tersebut sering disingkat dengan VSSTT, yang merupakan variabel yang saling terkait satu sama lain. Untuk menggambarkan kekuatan karakter serta estetika lingkungan, kelima senses harus dihadirkan. Kehadiran kelima senses tersebut membedakan antara karakter kota dengan karakter perdesaan.
Yang pertama adalah Vision, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat dinikmati secara visual, antara lain pemndangan yang indah dan menarik (scenic beauty). Kedua Sound, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat dinikmati dari indera pendengaran. Bila di perdesaan dapat didengar suara gemericik air, suara burung, suara angin pada daun, suara ternak, maka di kota akan terdengar suara manusia, ramainya pasar dan pusat perbelanjaan, deru kendaraan bermotor, dan sebagainya. Ketiga Smell, yaitu kualitas estetika lingkungan yang tercium, antara lain: aroma bunga, aroma pusat perbelanjaaan, aroma laut, aroma pasar, aroma pabrik roti, aroma bensin, aroma knalpot dan sebagainya. Keempat Tactility, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat terasa dengan indera peraba, antara lain sejuk dan dinginnya udara di bawah naungan pohon, sengatan sinar matahari, semilirnya angin laut dan sebagainya. Kelima Taste, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat terasa dengan indera perasa, antara lain rasa makanan khas, rasa buah-buahan, rasa minuman dan sebagainya. Dari kelima senses tersebut, vision adalah dominan. Apapun yang tertangkap mata akan menjadi kesan yang dalam.

d. Geologis dan Topografi
Pengetahuan, informasi dan data mengenai kondisi geologis dan tanah penting untuk diketahui, karena keduanya mendukung kelangsungan aktivitas, kehidupan serta tatanan yang direncanakan pada suatu tapak. Contoh data yang terkait dengan kondisi geologis antara lain, ketersediaan air, kerawanan terhadap gempa dan longsor. Sedangkan yang terkait dengan data tanah antara lain kesuburan tanah, kesesuaian terhadap bentuk-bentuk aktivitas tertentu. Alternatif tindakan analisis yang berkaitan dengan berbagai sifat dan karakter geologis tanah ini adalah : melestarikan, mereklamasi, memperbaiki dan mengikuti kondisi awal.
Tanah untuk kepentingan perencanaan tapak, diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification) dan sebagai tempat untuk kegiatan pembangunan struktur banguanan (engineering classification). Dengan bobot dan pertimbangan yang berbeda, keduanya digunakan antara lain untuk penentuan lokasi penghijauan, banguanan dan fasilitas sanitasi serta areal rekreasi, habitat kehidupan liar dan lainnya. Data geologis dan tanah yang digabungkan dengan data lain dapat menjamin suatu pemahaman yang, lebih baik sebab diketahui adanya sistem tanah, iklim, dan biota yang saling terkait, serta sistem lanskap buatan lainnya.
Topografis suatu tapak selain merupakan penentu luasan areal untuk suatu kepentingan atau suatu aktivitas yang akan direncanakan atau dikembangkan, juga merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi, berbagaii tata guna lahan, serta berbagai fungsi dan interpretasi.
Umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreasi manusia dan juga untuk peletakkan berbagai sarana penunjangnya. Lahan yang terjal bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan bahaya longsor yang sangat membahayakan, tetapi secara alami mempunyai keuntungan dalam membantu sistem aliran drainase alami dan sangat estetik secara visual.

Analisis Tapak dan Pemilihan Tanaman
Keberhasilan penanaman dalam suatu proyek lanskap sangat tergantung pada analisis tapak dan pemilihan tanaman. Nilai kelestarian suatu lanskap tergantung kepada bagaimana keindahan penampilan dari tanaman. Karakteristik tapak untuk penanaman antara lain intensitas sinar matahari dan keteduhan, salinitas tanah, drainase dan jenis tanah.
Karakteristik sinar matahari dapat berupa sinar matahari penuh, sinar matahari setengah hari, sinar matahari tidak langsung, naungan, dan naungan penuh. Jumlah sinar matahari berpengaruh terhadap fotosintesis, transpirasi, dan kemampuan toleransi terhadap kekeringan dan angin.
Tanaman yang toleran terhadap kondisi tanah salin, dapat menjadi pilihan untuk area pantai.
Tapak dengan kondisi drainase buruk, sebaiknya ditanamii dengan tanaman yang suka air. Atau dilakukan perbaikan drainase Topografis suatu tapak selain merupakan penentu luasan areal untuk suatu kepentingan atau suatu aktivitas yang akan direncanakan atau dikembangkan, juga merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi, berbagaii tata guna lahan, serta berbagai fungsi dan interpretasi.

A.P.T

POKOK BAHASAN III.

PENGAMATAN AKAR DAN SISTIM PERAKARAN
FISIOLOGI DAN EKOLOGI AKAR
Dalam proses pertumbunan tanaman, akar memegang peran yang sangat penting. Disamping berfungsi sebagai organ tanaman yang menopang agar tanaman dapat berdiri tegak sehingga dapat melaksanakan aktifitas fisiologi dengan baik.
Akar tanaman merupakan organ utama tanaman yang mengerjakan absorbsi hara dan air. Bersama sama dengan proses sintesa senyawa organik pada bagian hijau dari tanaman, kecepatan absorbsi hara dan air akar sangat menentukan bertumbuhan tanaman, baik bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah (shoot) maupun yang berada di dalam tanah.
Walaupun semua pakar telah sepakat bahwa akar tanaman sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, tetapi pengetahua tentang akar dan sistim perakaran•masih sangat sedikit karena sangat sedikitnya maka Bohn (1979)mengatakan bahwa pemahaman tentang akar pada kondisi Iapangan masih sangat dangkal. Padahal studi tentang sistim perakaran tanaman telan dimulai sejak tahun 1727 oleh Hales yang menggali tanaman kemudian mengamat morfologi, bobot dan panjang akarnya.
Hal tersebut disebabkan karena pengamatan tentang akar dan sistim perakaran merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan tenaga yang sangat banyak; sehingga dapat dikata¬ lebih dari seratus tahun sejak Hales melakukan pengamatan sistim perakaran tidak ada lagi peneliti yang tertarik untuk melakukannya (Bohn, 1979). Dengan semakin terbatasnya kualitas sumber daya peneltian sistim perakaran mulai mendapat perhatian, terutama setelah Weaver pada tanun 1926 menulis buku yang diberi judul "Root Development of Field Corps" yang diterbitkan oleh Mc Graw Hills Book Co., New York.
Pertumbuhan akar tanaman, berbeda dengan pertumbuhan bagian atas tanaman, sangat bervariasi, karena sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman, baik yang berada diatas tanah maupun yang di dalam tanah. Sehubungan dengan banyaknya waktu dan tenaga yang diperlukkan, penggunaan sampel yang banyak sangat sulit dilakukan. Penggunaan analisis statistik konvensional untuk menarik kesimpulan tentang sistim perakaran dilapangan sangat sulit dilakukan.
Pengelompokkan pengamatan Sistim Perakaran tanaman menjadi dua kelompok, yaitu fisiologi akar dan ekologi akar, seperti yang dilakukan dalam "Second International Root Symposium" (Bohn, 1979). Para pakar fisiologi mempelajari akar dari pandangan proses-proses fisiologi yang terjadi dalam akar, antara lain pembelahan sel dalam ujung akar, mekanisme transport ion dalam akar dan lain sebagainya. Ditinjau dari ilmu ekologi tanaman ,sistim perakaran bertujuan mempelajari pengaruh lingkungan terhadap perkembangan sistim perakaran, misalnya pada lapisan tanah yang mana akar berkembang. Hal ini dibutuhkan informasi tentang kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkembangan akar, misalnya bobot volume tanah, kekuatan tanah, kandungan hara dan air tanah. Parameter yang akan dibahas dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
(a). Tekanan tumbuh akar (Root Growth Pressure)
(b). Morfologi akar yang meliputi bobot akar, panjang akar, luas akar
dan volume akar.
Tekanan tumbuh akar dihubungkan dengan pertumbuhan akar untuk memahami kemampuan akar dalam menembus media pertumbuhan. Tekanan tumbuh akar berkaitan dengan pengelolaan tanah-tanah yang mempunyai kekuatan tanah tinggi. Lapisan tanah padas terjadi karena pemadatan tanah mempunyai kekuatan tanah > 2,0 MPa, yang merupakan tekanan tumbuh maksimum bagi perbanyakan akar tanaman.
Morfologi akar bermanfaat jika dikaitkan dengan sistim perakaran tanaman. Tanaman tidak tumbuh secara individu tetapi didalam suatu populasi tanaman/komunitas
TEKANAN TUMBUH AKAR (ROOT GROWTH PRESSURE )
Metode pengukuran tekanan akar dikembangkan oleh Pfeffer dapat dijelaskan sebagai berikut. Akar yang tumbuh dari biji tanaman yang sedang berkecambah diselubungi oleh suatu blok yang terbuat dari kapur gips. Selanjutnya melalui suatu lubang yang terdapat di bagian bawah kapur gips tersebut, tanaman bergerak menuju blok kedua. Blok kedua menyelubungi ujung dan sebagian sisi samping akar. Bergeraknya blok kedua karena tekanan akar, akan


menekan pegas yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan. Besarnya tekanan yang dikeluarkan oleh akar dapat baca pada jarum I. Untuk dapat
membaca besarnya tekanan. pegas I harus di kalibrasi.
Untuk mengukur tekanan akar radial diadakan modifikasi (Gambar 6.1.b). Dalam hal ini blok gypsum tidak hanya mengelilingi bagian atas akar tetapi juga bagian akar lateral. Eavis et.al (1969) menggunakan teknik beban mati (dead lead) pada alat yang dikembangkan oleh Pfeffer (Gambar 6.2). Dengan cara ini maka rongga udara tidak terjadi dan datanya sudah di interpretasi, akar aksial dibungkus blok gypsum yang diberi beban berbeda. Pada blok gypsum dibuat lubang diameter 1,5 mm agar dapat dilewati tudung akar.
Whiteley, Utomo dan Dexter (1982) mengukur tekanan tumbuh akar dengan menggunakan prinsip kerja pnetrometer yang dikembangkan oleh Barley dan Greacen (1967) (Gambar 6.3.). Biji tanaman dikecambahkan dulu pada media kecambah kemudian dipilih tanaman yang berakar bapk untuk dimasukkan kedalam lubang blok gypsum (dalam cawan D). Ujung akar pada waktu pemasangan diusahakan jangan menyentuh contoh tanah (A) dan selanjutnya ujung akar dibungkus dengan gypsum (E). Cawan D diisi dengan pasir yang telah dicuci dengan air dan diberl larutan "Hoagland". Alat tersebut kemudian ditutup dengan plastik. Akar yang tumbuh akan masuk pada contoh tanah silinder (A).Dengan masuknya akar tersebut maka penyanggah contoh tanah (B) akan tertekan dengan meneruskan pada alat timbangan (C). Tenaga (F) yang diukur pada timbangan (C) dikoreksi dengan kehilangan air dari A dan B. Tekanan akar (TA)dihitung dengan persamaan :
TA = F/ π. r2
Disini r = jari-jari akar
3. KEKUATAN TARIK AKAR
Kekuatan tarik akar (Root-Pulling Strength) pada umumnya digunakan sebagai indikator kemudahan rebah (lodging) suatu tanaman. Metoda yang cukup sederhana untuk mengukur kekuatan tarik akar tanaman telah dikembangkan, oleh Snell (1966). Pada dasarnya metoda ini dikerjakan dengan cara mengikat pangkal batang tanaman kemudian mengangkatnya dengan “hand –powered winch” sampai tercabut. Gaya yang diperlukan untuk mengangkat diukur dengan “tensiometer”. Untuk tanaman jagung dianjurkan agar pengamatan dilakukan pada fase pertumbuhan diantara pembungaan masak fisiologi.
Di Canada kekuatan tarik akar secara individu (root tehsile strength) sebagai indicator kerebahan (Bohn,1979). Untuk itu akar tanaman dicuci kemudian disimpan dalam larutan alcohol 10% atau formalin 5% dalam waktu beberapa jam, setelah itu akar dengan panjang 5-10 cm ditempatkan pada alat pengukur “kekuatan tarik” dan ditentukan berapa besarnya tekanan yang diperlukan untuk memutus (dengan cara menarik) akar tersebut. Cara yang paling sederhana untuk mengukur kekuatan tarik adalah dengan mengikat ujung akar pada suatu lempengan tertentu, kemudian bagian ujung lain ditarik.
4. MORFOLOGI AKAR
Bobot akar merupakan parameter akar yang paling banyak digunakan dalam melakukan pengamatan akar. Walaupun bobot basah akar dapat digunakan untuk keperluan pengamatan akar, tetapi karena banyaknya factor yang tidak dapat diperhitungkan yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan, kecuali memang diperlukan untuk pengamatan ( missal: pengamatan nematode) disarankan sebaiknya menggunakan bobot kering akar.
Untuk mendapatkan bobot kering akar tanaman, sampel akar yang telah dicuci dan dibersihkan, dikeringkan dalam oven pada temperatur 105°C selama 10-20 jam. Sampel akar dapat diperoleh dengan cara mencabut seluruh sistim perakaran tanaman, atau sampel akar yang diambil dengan tabung yang terbentuk silinder (core sample). Kadang kadang pengeringan dllakukan pada temperatur 60-80°C. Jika temperatur ini yang digunakan maka diperlukan waktu yang lebih lama.
Seringkali, walaupun telah dibersihkan dan dicuci. akar tanaman yang telah kita anggap bersih ternyata masih dilekati partikel tanah yang dapat menyebabkan kesalahan (error) pada hasil pengamatan. Oleh karena itu pada umumnya disarankan agar akar yang telah kering tersebut dimasukkan kedalam "muffle furnvace" pada temperatur 600°C. Abu yang telah didingin diberi asam klorida (HCl), kemudian disaring dan dikeringkan pada 105°C setelah itu di timbang bobotnya.
Dengan memperlakukan residu abu dengan asam klorida dianggap bahwa bahan mineral yang terbawa akar akan terlarut. Dengan demikian bobot residu abu merupakan bobot partikel tanah tidak terlarut pada sampel akar. Perbedaan antara bobot kering akar (termasuk partikel tanah yang tidak terikat oleh akar) dengan bobot residu abu merupakan bobot akar tanaman yang bebas abu.
Bobot akar tanaman merupakan parameter yang paling sesuai untuk mengetahui biomasa total akar didalam tanah. Dalam hal ini termasuk jika ingin mempelajari sumbangan akar tanaman dalam menentukan kandungan humus tanah. Tetapi data tentang bobot akar tidak menggambarkan aktifitas absorbsi akar tanaman (Bohn, 1979). Dengan menyatakan akar tanaman dalam bobot akar, maka sumbangan bagian akar-akar yang halus hanya kecil sekali. Padahal akar-akar yang halus ini merupakan bagian akar yang paling aktif melaksanakan absorbsi hara dan air. Oleh karena itu bobot akar yang tinggi tidak selalu menggambarkan daerah penyebaran yang luas, atau menggambarkan bahwa akar tanaman dapat mengabsorbsi hara dan air dari daerah yang luas. Kenyataan ini harus diperhatikan secara khusus jika mempelajari sistim perakaran tanaman yang mempunyai akar,utama besar dan tebal, misalnya akar tanaman berkayu.
b. Panjanq Akar
Metoda pengukuran panjang akar yang banyak digunakan para pakar adalah metoda estimasi yang dikembangkan oleh Newman (1966). Untuk estimasi panjang akar Newman (1966) membuat transek dengan panjang masing-masing transek 1x1 cm2 (Gambar 6.4.). Selanjutnya akar tanaman yang telah dipotong¬-potong dengan panjang 1-2 cm disebar secara merata diatas transek tersebut panjang akar dihitung dengan persamaan :

RP = π NA / 2H
Dimana RP = panjang akar;
N = jumlah akar yang menyilang transek
A = luas transek (cm=)
H = panjang transek (cm)


Teenant (1975) memodifikasi metoda Newman (1966), yaitu pada ukuran transek menjadi berbagai ukuran dengan lebar kisi (G) 0,5 x 0.5 cm; 1 x 1 cm; 2 x 2 cm dan 3 x3 cm.
Sehingga didapatkan modifikasi rumus Newman menjadi:
RP Rp = 11/14 * G * N
Nilai 11/14 dikombinasikan dengan ukuran kisi untuk mendapatkan faktor koreksi panjang akar (K). Nilai faktor koreksi (K) adalah 0,3928; 0,7857; 1,5714 dan 2,3571 masing-masing untuk lebar kisi 0,5; 1; 2 dan 3 cm. Jadi panjang akar R= N * K
Modifikasi rumus ini dapat mengeliminir kesalahan yang Olhasilkan oleh rumus Newman (1966) .dan Reicosy et al. (1970) Apabila sebaran akar mengenai titik silang dari transek. Keuntungan lain dari metoda ini adalah penghematan waktu karena dengan metoda Teenant dapat digunakan luas transek yang relatif sempit.
Kirchhof (1992) menggunakan "SCI-SCAN" yang merupakan metode Image Analysis untuk mengukur panjang akar. Pada prinsipnya cara ini dikerjakan dengan menyebar akar diatas lembaran atau papan yang warnanya kontras dengan warna akar.
Langkah lebih lanjut dilakukan pencanayaan (Scanner) dengan "Scanner" yang dijalankan dengan tangan (hand held scanner) dan selnjutnya panjang akar di analisis Oengan perangkat lunak "SCI-SCAN". Untuk keperluan ini aitperlukan komputer AT-846 dan perangkat lunak "SCI-SCAN / delta-4 Scan" yang dapat diperoleh dari CSIRO, Griffith, NSW, Australia.

A.P.T

POKOK BAHASAN II:
MODEL PERTUMBUHAN
Model pertumbuhan merupakan tiruan sederhana dari sistem yang sesungguhnya. 
Sistem berupa: - Komunitas tanaman
- Individu tanaman
- Organ tanaman
- Sel tanaman
Mencari unsur penyusun dan perilakunya
Semakin rumit penyusun unsur, sifat unsur yang beragam maka analisis data menjadi kompleks, model penampilan data tidak menarik.
Model yang baik:
- penampilan sederhana
- kapasitas meniru perilaku sistem menghasilkan produk tinggi
- dipilih unsur yang dominan
- dilakukan observasi (pengamatan)
- unsur-unsur bersifat hipotetik
Contoh : Proses pertumbuhan dalam sistem tanaman, menghasilkan produk biomassa
Dicari : Pola produksi biomassa dengan waktu
Jawab : Model Pertumbuhan dan Model Matematik
Kesimpulan : Model memberikan ringkasan matematik tentang perilaku tanaman dalam menghasilkan produk biomassa dengan waktu.

Rumus: W = f (t)
Dimana : W = bobot kering tanaman
f = fungsi
t = waktu

1. MODEL SIGMOID
Biomassa tanaman menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu
Ciri-ciri:
- Pada awal pertumbuhan meningkat perlahan, kemudian cepat akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertambahan waktu
- Simetris, yaitu 1/2 bagian pangkal sebanding dengan ½ bagian ujung, jika titik belok terletak diantara kedua asimptot.
MACAM MODEL SIGMOID
1) Eksponensial Tikungan Tajam
Proses pertumbuhan = mesin penghasil produk
Mesin pertumbuhan = biomassa total tanaman (W)
Mesin pertumbuhan bekerja maksimal dengan substrat tersedia, pertumbuhan yang dihasilkan tidak dapat balik. Pertumbuhan berhenti seketika setelah substrat habis.

Rumus :
ln W = ln Wo + μt
W = biomassa tanaman
μ = laju pertumbuhan relatif
t = waktu
Pertambahan ukuran tanaman berhenti tiba-tiba, ditunjukkan oleh tikungan tajam.

2). Monomolekuler

A B
Substrat Produk
Terjadi pada reaksi kimia sederhana yaitu reaksi tingkat pertama yang tidak dapat balik. Laju transformasi suatu substrat diasumsikan proporsional dengan konsentrasi substrat.
δW/δt = kS
k= konstanta
S= substrat sulit diukur maka bisa diganti W
W = Wa (1- e-kt)

Contoh: - Karbohidrat (penyusun biomassa), terbentuk dari reaksi reduksi CO2 oleh RUBP (ribulose biposphate) yang dikatalisis oleh RUBP Carboxylase
- Jaringan fotosintesis penghasil karbohidrat, sel-sel aktif diluar proses fotosintesis, jaringan meristem, akar penyerap air dan unsur hara merupakan mesin pertumbuhan yang berubah dengan waktu.

3). Logistik
δW/δt = q WS
q = konstanta
S = Substrat
t* = 1/ μ ln [(Wa-Wo)/Wo)]
Merupakan asumsi gabungan yaitu kuantitas mesin pertumbuhan proporsional dengan berat kering W yang bekerja pada suatu tingkat yang proporsional dengan jumlah substrat yang tersedia dan pertumbuhan tidak dapat balik

4). Gompertz

t* = 1/D ln(μ0/D) t* = titik belok
D = parameter kemerosotan
dan
δW/δt = DW ln(Wa/W)
Diasumsikan bahwa : Substrat pertumbuhan tidak terbatas, sehingga mesin pertumbuhan selalu dijenuhi oleh substrat.
Terjadi penurunan (kemerosotan) effektifitas mesin pertumbuhan sejalan dengan waktu misalnya: penuaan daun, kandungan enzim menurun.
Lapuk eksponensial (exponential decay) = degradasi aktivitas komponen
- laju pertumbuhan relatif cepat pada awal pertumbuhan
- lambat pada masa berikutnya
- tidak mempunyai masa konstan yang cukup lama pada akhir pertumbuhan
- titikbelok tidak terjadi pada pertengahan liku berat kering dengan waktu.
5). Model Richards
t*= 1/k ln ((Wan – Won)/nWon
- Dikembangkan oleh von Bertalanffy (1957) untuk menggambarkan pertumbuhan hewan, yang diterapkan oleh Richards (1959, 1969).
- Bersifat empiris, fleksibel, mempunyai peluang terbaik untuk deskripsi pertumbuhan
- Model Richards sama dengan model monomolekuler, tergantung pada parameter n
Untuk n = -1 model monomolekuler
n = 1 model logistik
n = 0 model gompertz
6). Model Chanter
- Model gabungan persamaan logistik dan gompertz.
- Persamaan laju pertumbuhan yaitu
δW/δt= μW (1-W/B)e-Dt
dimana: μ, B dan D adalah konstanta.
- merupakan modifikasi persamaan (1-W/B) linier pada pers.Logistik dan e-Dt atau exp Dt yang tergantung perjalanan waktu dapat diinterpretasikan sebagai differensiasi, perkembangan dan senescen seperti pers. Gomperts

2. MODEL ALLOMETRI
Merupakan model dari hubungan pertumbuhan diantara bagian-bagian tanaman. Contoh : Hubungan panjang tanaman dengan diameter buah
Hubungan panjang dan lebar daun
Hubungan bobot kering dengan panjang dan lebar daun

Aspek matematis
Anggap P dan Q merupakan bobot kering tanaman atau luas daun atau parameter pertumbuhan lainnya.yang berkembang atau berubah sejalan dengan waktu.
P = p(t) dan Q = q(t)
P dan Q tergantung dengan waktu. Artinya P dan Q mempunyai hubungan Allometri jika kedua kuantitas mengikuti persamaan Allometri yaitu
P = aQk dimana, a , k = konstanta
Laju pertumbuhan P proporsional dengan laju pertumbuhan Q dengan faktor perbandingan k.

Aspek Fisiologis

ln P = lna+klnQ
δ(lnQ)
δ(lnP) = k
δt
δ(lnp)
k =
δ(lnQ)

k = Rp/Rq

Rp/Rq adalah laju pertumbuhan relatif P dan Q
Lereng garis hubungan Pdan Q adalah hasil bagi (nisbah) laju pertumbuhan relatif.
Paremeter k merupakan partisi asimilat,
δt adalah pertambahan bobot kering

Selasa, 20 April 2010

A.P.T

POKOK BAHASAN I:

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

1. PERKECAMBAHAN
• Rangkaian proses yang kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia
• Proses munculnya radikel dan plumula benih
Tahap Perkecambahan
• Imbibisi
• Perombakan cadangan makanan di dalam endosperm oleh enzim.
• Bahan yang dirombak : karbohidrat, protein, lemak
√ Karbohidrat dirombak oleh aktivitas enzim α dan β amilase
hasilnya Glukose
√ Potein dirombak oleh aktivitas enzim protease, hasilnya asam amino
√ Lemak dirombak oleh aktivitas lipase, hasilnya asam lemak dan gliserol
Hasil perombakan diperoleh : ATP, NADPH2, asam amino, asam lemak dan glukosa
Hasil perombakan digunakan untuk pembentukan sitoplasma, dinding sel, DNA dan RNA.
• Terjadi translokasi makanan ke titik tumbuh
• Titik tumbuh benih mengalami pembelahan sel dan pembesaran sel
• Muncul radikel dan plumula dari kulit benih

Hal ini disebut FASE PERTUMBUHAN LAMBAT / lag phase

TIPE PERKECAMBAHAN ( TERGANTUNG LETAK KOTILEDON)
• Epigeal , kotiledon terangkat keatas permukaan tanah
• Hipogeal, kotiledon tetap berada di dalam permukaan tanah

Perkecambahan penentu dalam ”establishment rate”
”establishment rate” merupakan jumlah benih yang berhasil muncul di atas permukaan tanah atau jumlah benih yang tumbuh pada waktu tertentu. Jumlah benih yang tidak tumbuh dihitung pada akhir pengamatan perkecambahan.
Jumlah Benih Tidak Tumbuh = (A X B ) - C
Dimana:
A = Jumlah benih yang ditanam per-satuan luas lahan
B = Persentase perkecambahan
C = Jumlah plumula muncul diatas permukaan tanah
Contoh: Kebutuhan benih jagung (A) = 40.000 butir. ha-1
Persentase perkecambahan (B) = 80% (diket dengan mengecambahkan benih sebelum tanam).
Jumlah plumula yang muncul pada 15 hst = 30.400

Jumlah Benih Tidak Tumbuh = (40.000 X 80%) – 30.400 = 1600
Laju munculnya plumula diatas permukaan tanah disebut “ Emergence Rate”.
Hal ini penting untuk penelitian : kerapatan tanaman; kedalaman tanam benih; status air tanah; cara tanam (sebar, barisan) ; Soil compaction.


2. PERTUMBUHAN BIBIT / SEEDLING GROWTH
• Merupakan awal fase juvenile
• Fase awal penyempurnaan fungsi organ tanaman;
Radikel menjadi akar
Plumula menjadi batang dan daun
Fase penting untuk benih-benih tanpa semai seperti : jagung, kedele, sorghum, kapas dan kapri. Lingkungan tumbuh dimungkinkan favourable agar tercapai kekuatan tumbuh bibit yang maksimal.
• Pola penambahan sel secara EXPONENTIAL, misalnya:
Sel meristematis pada fase ini selalu membelah menjadi 2(dua), sehingga secara seri diperoleh jumlah sel seyiap hari berturut-turut: 2,4,8,16,332, 64 dst.
Persamaan N = 2 t
dimana: N = jumlah sel persatuan waktu
t = interval waktu

√ Hal ini berarti, pada fase ini peningkatan peubah tumbuh persatuan waktu mencapai nilai terbesar selama periode pertumbuhannya, misalnya tinggi tanaman.
√ Peningkatan secara bertahap menurun dengan semakin bertambahnya umur menuju fase masak dan menua.
√ Fase muda merupakan fase yang harus dilalui untuk mencapai fase reproduktif.
√ Fase reproduktif tidak bisa dipacu, tanpa melalui fase vegetatif
√ Dalam komunitas tanaman, fase muda merupakan fase yang rentan terhadap kompetisi antar tanaman.


3. MASAK / MATURE
Tanda-tanda fase masak :
• Adanya transisi bertahap secara morfologi, laju dan kapasitas pembungaan.
• Sifat khas perubahan fase vegetatif ke generatif
• Nampak perubahan pada apikal meristem
• Terjadi peningkatan tinggi “ meristematic dome” secara bertahap
• Terjadi peningkatan jumlah DNA dan;
• Terjadi peningkatan aktivitas meristem lateral yang mendekati “Apikal Dome”
• Terjadi persaingan kebutuhan diantara titik tumbuh, misalnya pada apel, terjadi persaingan fotosintat diantara organ tanaman lebih intensif dengan semakin besarnya ukuran buah (Barlow, 1970)
• Berat kering buah semakin meningkat, maka berat kering akar menjadi rendah
• Peningkatan penambahan berat kering buah yang dialokasikan ke buah merupakan refleksi hambatan laju tumbuh akar.

Mengapa terjadi ketidak seimbangan antara sumber fotosintat (organ penghasil= source) dan organ pengguna ( sink).

4. MENUA/ SENESCENCE
• Terjadi pada seluruh organ tanaman annual dan biennial baik diakhiri maupun tidak diakhiri dengan fase pembungaan
• Aktivitas reproduktif merupakan pendorong tanaman menuju senescens
• Pemotongan organ bunga, menunda fase senescens
• Senescens merupakan proses DETORIORASI= kemerosotan secara alami, menyangkut berhentinya fungsi hidup organ, organisme atau unit kehidupan secara kolektif.
• Bahan-bahan yang mengalami DETORIORASI antara lain: klorofil, protein, RNA, lemak, fotosintesis, respirasi, dinding sel dan organel.
• Pola hubungan antara kandungan protein, klorofil dan umur daun mengikuti POLA PARABOLIK
• Kandungan protein berkurang selama proses penuaan dapat diamati dengan adanya akumulasi asam amino. AA ditranslokasikan ke luar daun tua menuju kebagian yang aktif tumbuh dan berkembang
• Pada daun tua kandungan protein menurun selaras dengan menurunya kandungan RNA.
• Terjadi perubahan warna daun, kandungan klorofil berkurang, kandungan asam lemak( galaktolipids dan sulfolipids) mengalami degradasi.
• Fotosintat menurun dengan semakin tuanya daun
• Laju fotosintesis maksimum pada daun muda, masak dan tua terjadi pada saat awal pembungaan, kemudian berangsur-angsur turun dengan bertambahnya umur.
• Terjadi penurunan produksi ATP, akibatnya transport elektron dan fosforilasi oksidatif berjalan lambat.
• Terjadi penurunan effisiensi respirasi (pembentukan ATP) dan kapasitas respirasi (konsumsi oksigen).

AGING
• Perkembangan kronologis suatu proses menuju kematian.
• Terjadi penurunan aktivitas dan fungsi organ-organ yang berperan dalam proses penyusunan bahan organik.























Senin, 19 April 2010

P.P.W

Urbanisasi
dalam
Perencanaan Wilayah

Permasalahan :
Persebaran (distribusi) dan kesenjangan (disparitas) penduduk yang terlalu besar antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan harus didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum dan sosial, sarana prasarana, perumahan, penyediaan pangan dan lain sebagainya Tahun 1950 jumlah penduduk perkotaan di 34 negara sedang berkembang 275 juta (38%) dari 724 juta total penduduk perkotaan di seluruh dunia.
Tahun 2001 penduduk perkotaan di seluruh dunia menjadi 3 miliar jiwa, dan di dua per tiga diantaranya tinggal di kota-kota metropolitan. Diperkirakan jumlah penduduk perkotaan di negara-negara yang sedang berkembang akan meningkat menjadi 4,1 miliar atau 80% dari seluruh penduduk perkotaan di dunia.(World Bank, World Development Report,2000. a.).
Penyebabnya : pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat serta terjadi proses urbanisasi (migration growth) yang tidak diikuti dengan kecepatan pertumbuhan industrialisasi dan penciptaan lapangan pekerjaan yang sebanding
Di negara yang sudah maju urbanisasi terjadi karena pergeseran struktur mata pencaharian penduduk dari sektor pertaniandi pedesaan ke sektor jasa di kota melalui sektor industri manufaktur. Urbanisasi di negara-negara berkembang terjadi karena tekanan perubahan yang dahsyat yang terjadi di perdesaan yang mendorong pergeseran akupansi dari sektor pertanian langsung menuju ke sektor jasa di daerah perkotaan tanpa melalui fase perkembangan industri manufaktur
(Gilbert & Gugler, 1996:14).
Akibatnya di negara berkembang kecepatan urbanisasi lebih tinggi dibanding ekspansi industri manufaktur. Karakteristik penduduk desa yang datang ke kota adalah tingkat pendidikan, keterampilan serta kemampuan sosioekonominya terbatas, sehingga urbanisasi yang terjadi mempengaruhi perkembangan kondisi kota yang cenderung mengalami penurunan kualitas hidup per kapita penduduknya.
BEBERAPA PENGERTIAN DESA
UU No. 5 Tahun 1979
DESA adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan negara kesatuan RI.

SUTARDJO KARTOHADIKUSUMO
DESA adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
BEBERAPA DEFINISI KOTA
Definisi Umum
Kota adalah sebuah area urban yang dibedakan dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.
R. Bintarto
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
KEP MENTERI DALAM NEGERI RI NO. 4/1980
1.KOTA adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah
2. KOTA adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris
Secara GEOGRAFIS
KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.
KLASIFIKASI KOTA

Berdasarkan Jumlah Penduduk :

1. Kota Kecil : 20.000 - 50.000 jiwa
2. Kota sedang : 50.000 - 100.000 jiwa
3. Kota besar : 100.000 - 1.000.000 jiwa
4. Metropolitan : 1.000.000 - 5.000.000 jiwa
5. Megapolitan : lebih dari 5.000.000 jiwa
Kota menurut tingkat perkembangan

Eopolis : tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke a rah kehidupan kota.
Polis : daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-sifat agraris.
Metropolis : wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
Megapolis : wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
Tryanopolis : kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
Necropolis (kota mati) : kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.
Urbanisasi ?
Urban : perkotaaan
Rural : perdesaan
Urbanisasi secara umum diartikan sebagai perubahan menjadi kota karena adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi juga dapat diartikan sebagai persentase penduduk yang menetap di perkotaan
Beberapa definisi Urbanisasi :
1. Proses pembengkakan atau penggelembungan kota yang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.
2. Proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi.
3. Proses berubahnya kehidupan pedesaan menjadi suasana perkotaan.
4. Perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap.
Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. pertumbuhan alami penduduk daerah perkotaan,
2. migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, 3. reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan.
Proyeksi penduduk kawasan perkotaan didasarkan pada perbedaan laju pertumbuhan penduduk kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan (Urban Rural Growth Difference / URGD).
Asumsi URGD untuk masa yang akan datang, secara tidak langsung harus mempertimbangkan ketiga faktor tersebut.
Faktor-Faktor Penyebab Urbanisasi
1. Faktor daya tarik (Pull Faktors)
a. Lapangan pekerjaan di kota lebih beragam,
b. Kota sebagai sebagai tempat pemasaran barang produksi yang lebih baik dan jelas
c. Tingkat upah di kota yang jauh lebih tinggi
d. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
e. Fasilitas sosial, fasilitas umum, sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
f. Fasilitas dan sarana pendidikan lebih beragam dan lebih berkualitas
2. Faktor pendorong (Push Factor)
a. Menyempitnya lahan dan jenis pekerjaan di sektor pertanian
b. Ingin meningkatkan tingkat pendidikan
c. Tingkat upah yang rendah di kawasan perdesaan
d. Tekanan adat-istiadat dan merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
e. Terbatasnya lapangan pekerjaan di desa
f. Kurangnya fasilitas dan sarana dan prasarana di kawasan perdesaan.
g. Ingin menjadi orang kaya
h. Pengaruh mass media (cetak & elektronik)
1. urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota
1. perpindahan penduduk/ migrasi dari desa ke kota
2. kenaikan prosentase penduduk kota
3. Urbanisasi tidak sama dengan pertumbuhan suatu kota karena urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota.
4. Urbanisasi yang berlebihan dan tidak terkendali dapat mempengaruhi perkembangan suatu kota,

P.P.W

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunanuntuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumenperencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumenperencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
JENIS-JENIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN JANGKA WAKTU PERENCANAAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) UNTUK 20 TAHUN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) UNTUK 5 TAHUN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/ LEMBAGA (RENSTRA-KL)
RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN NASIONAL/ RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP)
RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA (RENJA-KL)
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJP DAERAH) UNTUK 20 TAHUN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM DAERAH) UNTUK 5 TAHUN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKP[ DAERAH) UNTUK 1 TAHUN
RENSTRA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA SKPD) UNTUK 5 TAHUN
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA-SKPD)
• RPJP NASIONAL MERUPAKAN PENJABARAN DARI TUJUAN TERBENTUKNYA NEGARA INDONESIA DALAM BENTUK VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL.
• RPJM NASIONAL MERUPAKAN PENJABARAN DARI VISI, MISI DAN PROGRAM PRESIDEN, YANG BERPEDOMAN KEPADA RPJP NASIONAL.
• RKP MERUPAKAN PENJABARAN DARI RPJM NASIONAL.
• RENSTRA-KL MERUPAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SESUAI DENGAN TUPOKSI KEMENTERIAN/ LEMBAGA, YUANG BERPEDOMAN PADA RPJM.
• RENJA-KL DISUSUN BERPEDOMAN PADA RENSTRA-KL MENGACU PADA PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL DAN PAGU INDIKATIF, MEMUAT KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN, BAIK YANG DILAKSANAKAN LANGSUNG OLEH PEMERINTAH MAUPUN YANG DITEMPUH DENGAN MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT..
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
• PENYUSUNAN RENCANA
• PENETAPAN RENCANA
• PENGENDALIAN PELAKSANAAN RENCANA
• EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
TAHAPAN PENYUSUNAN RPJP/ RPJP DAERAH
• PENYIAPAN RANCANGAN AWAL PEMBANGUNAN
• MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN
• PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RENCANA PEMBANGUNAN
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) NASIONAL
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENYIAPKAN RANCANGAN RPJP NASIONAL.
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENYELENGGARAKAN MUSRENBANG JANGKA PANJANG NASIONAL.
• MUSRENBANG DALAM RANGKA PENYUSUNAN RPJP NASIONAL DIIKUTI OLEH UNSUR UNSUR PENYELENGGARA NEGARA DENGAN MENGIKUT SERTAKAN MASYARAKAT.
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RPJP BERDASAR HASIL MUSRENBANG.
• RPJP NASIONAL DITETAPKAN DENGAN UNDANG UNDANG.
TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) NASIONAL /DAERAH
• PENYIAPAN RANGCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN
• PENYIAPAN RANCANGAN RENCANA KERJA
• MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN
• PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RENCANA PEMBANGUNAN
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) NASIONAL
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS MENYIAPKAN RANCANGAN AWAL RPJM NASIONAL.
• RPJM NASIONAL MEMUAT VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN, STRATEGI, KEBIJAKAN UMUM, PROG PRIORITAS PRESIDEN, KERANGKA EKONOMI MAKRO, DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL.
• PIMPINAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA MENYIAPKAN RANCANGAN RENSTRA-KLSESUAI TUPOKSI MASING MASING, BERPEDOMAN PADA RANCANGAN AWAL RPJM NASIONAL.
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS, KEMUDIAN MENYUSUN RANCANGAN RPJM NASIONAL, DENGAN MENGGUNAKAN RANCANGAN RENSTRA-KL DAN BERPEDOMAN PADA RPJP NASIONAL.
• RANCANGAN RPJM NASIONAL MENJADI BAHAN UNTUK MUSRENBANG JANGKA MENENGAH.
• MUSRENBANG JANGKA MENENGAH NASIONAL DIIKUTI OLEH PENYELENGGARA NEGARA DAN MENGIKUTSERTAKAN MASYARAKAT.
• MUSRENBANG JANGKA MENENGAH NASIONAL DISELENGGARAKAN OLEH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS, PALING LAMBAT 2 BULAN SETELAH PRESIDEN DILANTIK.
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS KEMUDIAN MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RPJM NASIONAL BERDASARKAN HASIL MUSRENBANG JANGKA MENENGAH NASIONAL.
• RPJM NASIONAL DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN, PALING LAMBAT 3 BULAN SETELAH PRESIDEN DILANTIK.
• RENSTRA-KL DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PIMPINAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA SETELAH DISESUAIKAN DENGAN RPJM NASIONAL.
• RENCANMENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS MENYIAPKAN RANCANGAN AWAL RKP SEBAGAI PENJABARAN DARI RPJM NASIONAL.
• PIMPINAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA MENYIAPKAN RANCANGAN RENJA-KL , SESUAI TUPOKSI MASING MASING MENGACU KEPADA RANCANGAN AWAL RKP, BERPEDOMAN PADA RENSTRA-KL.
• MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENGKOORDINASIKAN PENYUSUNAN RANCANGAN RKP, MENGGUNAKAN RANCANGAN RENJA-KL.
• RANCANGAN RKP INI KEMUDIAN MENJADI BAHAN MUSRENBANG , YANG DIIKUTI OLEH PENYELENGARA PEMERINTAHAN.
• MUSRENBANG DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP INI DISELENGGARAKAN OLEH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS, PALING LAMBAT BULAN APRIL.
• MENTERI MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RKP BERDASARKAN HASIL MUSRENBANG.
• RKP KEMUDIAN MENJADI PEDOMAN PENYUSUNAN RAPBN.
• RKP DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
• RPJP DAERAH MEMUAT VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH MENGACU KEPADA RPJP NASIONAL.
• RPJM DAERAH MERUPAKAN PENJABARAN DARI VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH, YANG BERPEDOMAN PADA RPJP DAERAH DAN MEMPERHATIKAN RPJM NASIONAL.
• RKPD MERUPAKAN PENJABARAN DARI RPJM DAERAH DAN MENGACU PADA RKP.
• RENSTRA–SKPD MEMUAT VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN, SESUAI DENGAN TUPOKSI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH, SERTA BERPEDOMAN PADA RPJM DAERAH DAN BERSIFAT INDIKATIF.
• RENJA-SKPD BERPEDOMAN PADA RENSTRA SKPD, DAN MENGACU PADA RKP, MEMUAT KEBIJAKAN,PROGRAM, DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN, BAIK YANG DILAKSANAKAN LANGSUNG OLEH PEMDA MAUPUN YANG DITEMPUH DENGAN MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT.
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
• KEPALA BAPPEDA MENYIAPKAN RANCANGAN RPJP NASIONAL.
• KEPALA BAPPEDA MENYELENGGARAKAN MUSRENBANG JANGKA PANJANG DAERAH.
• MUSRENBANG DALAM RANGKA PENYUSUNAN RPJP DAERAH DIIKUTI OLEH UNSUR UNSUR PENYELENGGARA NEGARA DENGAN MENGIKUT SERTAKAN MASYARAKAT.
• MUSRENBANG DALAM RANGKA PENYUSUNAN RPJP DAERAH DILAKSANAKAN PALING LAMBAT SATU TAHUN SEBELUM BERAKHIRNYA RPJP YANG SEDANG BERJALAN.
• KEPALA BAPPEDA MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RPJP BERDASAR HASIL MUSRENBANG.
• RPJP DAERAH DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DAERAH.
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH
• KEPALA BAPPEDA MENYIAPKAN RANCANGAN AWAL RPJM DAERAH.
• RPJM DAERAH MEMUAT VISI, MISI, PROGRAM KEPALA DAERAH, STRATEGI, KEBIJAKAN UMUM, PROG PRIORITAS KEPALA DAEREAH, DAN ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
• PIMPINAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH MENYIAPKAN RANCANGAN RENSTRA-SKPD SESUAI TUPOKSI MASING MASING, BERPEDOMAN PADA RANCANGAN AWAL RPJM DAERAH.
• KEPALA BAPPEDA, KEMUDIAN MENYUSUN RANCANGAN RPJM DAERAH, DENGAN MENGGUNAKAN RANCANGAN RENSTRA-SKPD DAN BERPEDOMAN PADA RPJP DAERAH.
• RANCANGAN RPJM DAERAH MENJADI BAHAN UNTUK MUSRENBANG JANGKA MENENGAH.
• MUSRENBANG JANGKA MENENGAH DAERAH DIIKUTI OLEH PENYELENGGARA NEGARA DAN MENGIKUTSERTAKAN MASYARAKAT.
• MUSRENBANG JANGKA MENENGAH DAERAH DISELENGGARAKAN OLEH KEPALA BAPPEDA PALING LAMBAT 2 BULAN SETELAH KEPALA DAERAH DILANTIK.
• KEPALA BAPPEDA KEMUDIAN MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RPJM DAERAH BERDASARKAN HASIL MUSRENBANG JANGKA MENENGAH DAERAH
• RPJM DAERAH DITETAPKAN DENGAN PERATURAN KEPALA DAERAH, PALING LAMBAT 3 BULAN SETELAH KEPALA DAERAH DILANTIK.
• RENSTRA-SKPD DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PIMPINAN SKPD SETELAH DISESUAIKAN DENGAN RPJM DAERAH.
RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH
• KEPALA BAPPEDA MENYIAPKAN RANCANGAN AWAL RKPD SEBAGAI PENJABARAN DARI RPJM DAERAH.
• KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH MENYIAPKAN RANCANGAN RENJA-SKPD, SESUAI TUPOKSI MASING MASING MENGACU KEPADA RANCANGAN AWAL RKPD, BERPEDOMAN PADA RENSTRA-SKPD.
• KEPALA BAPPEDA MENGKOORDINASIKAN PENYUSUNAN RANCANGAN RKPD, MENGGUNAKAN RANCANGAN RENJA-SKPD.
• RANCANGAN RKP INI KEMUDIAN MENJADI BAHAN MUSRENBANG , YANG DIIKUTI OLEH UNSUR UNSUR PENYELENGARA PEMERINTAHAN.
• MUSRENBANG DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP INI DISELENGGARAKAN OLEH KEPALA BAPPEDA, PALING LAMBAT BULAN MARET.
• KEPALA BAPPEDA MENYUSUN RANCANGAN AKHIR RKPD BERDASARKAN HASIL MUSRENBANG.
• RKPD KEMUDIAN MENJADI PEDOMAN PENYUSUNAN RAPBD.
• RKPD DITETAPKAN DENGAN PERATURAN KEPALA DAERAH.