Rabu, 21 April 2010

Pengantar Lanscape

ANALISIS DAN PERENCANAAN TAPAK


a. Tapak

Tapak (site) secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis dapat didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu.
Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk tapak (seperti tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik, dan budaya manusia yang mendiaminya). Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (form, features forces) dengan karakter yang tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas dan lainnya).
Analisis tapak merupakan proses riset, kajian dan penelitian terhadap tapak dan lingkungan sekitarnya guna merencanakan suatu tindakan terhadap tapak tersebut. Penelitian dilakukan terhadap tapak dan lingkungan sekitarnya yang potensi berpengaruh terhadapnya, standar-standar, analisis sosial, ekonomi, budaya, dan analisis berbagai jenis kegiatan yang akan diakomodasikan di atas tapak tersebut. Tujuan analisis tapak adalah membuat program yang berkaitan dengaan tujuan pengembangannya, antara lain untuk kesejahteraan, kebaikan, kenyamanan hidup manusia, baik secara fisik, inspirasi, sosial, dan ekonomi yang terkait dengan kemampuan dan kapasitas tapak tersebut.


b. Elemen Pembentuk Tapak
Dalam melakukan riset untuk mengolah dan menggubah suatu tapak menjadi bentuk peruntukan terbaiknya, diperlukan berbagai data dan informasi penunjangnya. Dalam bidang arsitektur lanskap, data dan informasi yang digunakan untuk mengolah tapak ini dapat berbentuk data kuantitatif (seperti suhu yang nyaman, kemiringan yang tidak berbahaya, kualitas air sesuai dengan peruntukannya, dan sebagainya), dan juga data kualitatif (seperti pemandangan yang indah, aromatik, nostagia). Data kuantitatif dan data kualitatif tersebut perlu dirangkum pada suatu peta kerja yang informatif. Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dikatagorikan dalam empat kelompok, yaitu : kelompok potensi, kelompok kendala, kelompok amenity (kualitas kenyamanan) dan kelompok danger signal (bahaya yang sulit untuk dihindari)
Data yang akan digunakan dalam mengolah tapak ini dapat merupakan informasi yang dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan (data primer) , tetapi dapat juga merupakan informasi yang dikumpulkan melalui suatu studi pustaka atau berbagai bahan yang telah tersedia sebelumnya (data sekunder). Selanjutnya, data ini diolah dan disusun secara spasial (ruang, bentang alam) untuk dapat dianalisis untuk kepentingan arsitektur lanskap.
Tiap elemen pembentuk atau yang mempengaruhi keadaan tapak ini selanjutnya dianalisis untuk dimanfaatkan karena :
• berbagai hal positif yang dimilikinya, yaitu yang termasuk kelompok potensi dan kelompok amenity (contohnya antara lain: pemandangan yang indah dan menarik, tanah yang subur, akses mudah dan sebagainya)
• dapat ditanggulangi permasalahnya, yaitu yang termasuk kelompok kendala (contohnya drainase)
• dihindari penggunaanya karena berdampak negatif atau berbahaya secara fisik dan biaya ekonomi yang tinggi, yaitu yang termasuk dalam kelompok danger signal (contohnya rawan gempa dan longsor, banjir setiap tahun).
c. Estetika Tapak dan Lingkungan
Karya arsitektur lanskap yang baik dan bernilai tinggi yaitu apabila tapak yang direncanakan adalah fungsional dan estetis serta mendukung keberadaan dan kelestarian kondisi lingkungan yang diserta kesejahteraan dan kenyamanan pemakainya. Fungsional tidak hanya terhadap manusia pemakainya saja (berupa fungsi sosial seperti untuk kegitan rekreasi dan berwisata), tetapi juga terhadap kondisi fisik lanskap dan lingkungannya (berupa fungsi lingkungan seperti perlindungan tata air, konservasi hayati).
Estetika merupakan apresiasi atau tanggapan terhadap suatu keindahan yang dapat dinikmati berdasarkan obyek atau lingkungan, atau keduanya. Suatu obyek atau lanskap dikatakan bernilai estetika bila memiliki sense of beauty, sense of wonder, sense of order, sense of harmony. Serta juga didasarkan atas penataan elemen yang mengikuti prinsip desain konvensional terutama unity, dynamic balance dan complementary.
Dalam “ilmu” estetika lingkungan, nilai kualitas estetika lingkungan ditentukan oleh lima senses. Kelima senses tersebut sering disingkat dengan VSSTT, yang merupakan variabel yang saling terkait satu sama lain. Untuk menggambarkan kekuatan karakter serta estetika lingkungan, kelima senses harus dihadirkan. Kehadiran kelima senses tersebut membedakan antara karakter kota dengan karakter perdesaan.
Yang pertama adalah Vision, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat dinikmati secara visual, antara lain pemndangan yang indah dan menarik (scenic beauty). Kedua Sound, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat dinikmati dari indera pendengaran. Bila di perdesaan dapat didengar suara gemericik air, suara burung, suara angin pada daun, suara ternak, maka di kota akan terdengar suara manusia, ramainya pasar dan pusat perbelanjaan, deru kendaraan bermotor, dan sebagainya. Ketiga Smell, yaitu kualitas estetika lingkungan yang tercium, antara lain: aroma bunga, aroma pusat perbelanjaaan, aroma laut, aroma pasar, aroma pabrik roti, aroma bensin, aroma knalpot dan sebagainya. Keempat Tactility, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat terasa dengan indera peraba, antara lain sejuk dan dinginnya udara di bawah naungan pohon, sengatan sinar matahari, semilirnya angin laut dan sebagainya. Kelima Taste, yaitu kualitas estetika lingkungan yang dapat terasa dengan indera perasa, antara lain rasa makanan khas, rasa buah-buahan, rasa minuman dan sebagainya. Dari kelima senses tersebut, vision adalah dominan. Apapun yang tertangkap mata akan menjadi kesan yang dalam.

d. Geologis dan Topografi
Pengetahuan, informasi dan data mengenai kondisi geologis dan tanah penting untuk diketahui, karena keduanya mendukung kelangsungan aktivitas, kehidupan serta tatanan yang direncanakan pada suatu tapak. Contoh data yang terkait dengan kondisi geologis antara lain, ketersediaan air, kerawanan terhadap gempa dan longsor. Sedangkan yang terkait dengan data tanah antara lain kesuburan tanah, kesesuaian terhadap bentuk-bentuk aktivitas tertentu. Alternatif tindakan analisis yang berkaitan dengan berbagai sifat dan karakter geologis tanah ini adalah : melestarikan, mereklamasi, memperbaiki dan mengikuti kondisi awal.
Tanah untuk kepentingan perencanaan tapak, diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification) dan sebagai tempat untuk kegiatan pembangunan struktur banguanan (engineering classification). Dengan bobot dan pertimbangan yang berbeda, keduanya digunakan antara lain untuk penentuan lokasi penghijauan, banguanan dan fasilitas sanitasi serta areal rekreasi, habitat kehidupan liar dan lainnya. Data geologis dan tanah yang digabungkan dengan data lain dapat menjamin suatu pemahaman yang, lebih baik sebab diketahui adanya sistem tanah, iklim, dan biota yang saling terkait, serta sistem lanskap buatan lainnya.
Topografis suatu tapak selain merupakan penentu luasan areal untuk suatu kepentingan atau suatu aktivitas yang akan direncanakan atau dikembangkan, juga merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi, berbagaii tata guna lahan, serta berbagai fungsi dan interpretasi.
Umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreasi manusia dan juga untuk peletakkan berbagai sarana penunjangnya. Lahan yang terjal bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan bahaya longsor yang sangat membahayakan, tetapi secara alami mempunyai keuntungan dalam membantu sistem aliran drainase alami dan sangat estetik secara visual.

Analisis Tapak dan Pemilihan Tanaman
Keberhasilan penanaman dalam suatu proyek lanskap sangat tergantung pada analisis tapak dan pemilihan tanaman. Nilai kelestarian suatu lanskap tergantung kepada bagaimana keindahan penampilan dari tanaman. Karakteristik tapak untuk penanaman antara lain intensitas sinar matahari dan keteduhan, salinitas tanah, drainase dan jenis tanah.
Karakteristik sinar matahari dapat berupa sinar matahari penuh, sinar matahari setengah hari, sinar matahari tidak langsung, naungan, dan naungan penuh. Jumlah sinar matahari berpengaruh terhadap fotosintesis, transpirasi, dan kemampuan toleransi terhadap kekeringan dan angin.
Tanaman yang toleran terhadap kondisi tanah salin, dapat menjadi pilihan untuk area pantai.
Tapak dengan kondisi drainase buruk, sebaiknya ditanamii dengan tanaman yang suka air. Atau dilakukan perbaikan drainase Topografis suatu tapak selain merupakan penentu luasan areal untuk suatu kepentingan atau suatu aktivitas yang akan direncanakan atau dikembangkan, juga merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi, berbagaii tata guna lahan, serta berbagai fungsi dan interpretasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar